Kamis, 02 Maret 2006

Nasir Tamara Akui Misi Global TV Berubah Setelah Harry Tanoe Masuk

[Detik] -Nasir Tamara, salah seorang pemegang saham Global TV, menceritakan asal muasal beralihnya visi dan misi Global TV dari dakwah, pendidikan, SDM dan teknologi, menjadi TV komersial.

Nasir menilai paralihan itu wajar saja, seperti halnya TV-TV swasta lainnya, seperti TV7 yang semula Star Page atau ANTV yang kini dikuasai Rupert Murdoch. Apalagi saat itu pihaknya sedang kepepet akibat krisis ekonomi.

Namun ia mengakui ada perubahan misi dan visi yang diusung IIFTIHAR setelah beralih tangan ke Harry Tanoesoedibjo.

Berikut petikan wawancara Nasir Tamara dengan wartawan di Wisma Nusantara, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (2/3/2006).

Bagaimana kok bisa Global TV akhirnya dijual?

Itu kan debatable. Pertama kita lihat dulu, TV7 itu kan dulu milik Pak Karma yang namanya Star Page. Kemudian jadilah TV7. Lalu ANTV dibeli Murdoch (Rupert Murdoch), malah dibeli asing. Sedangkan seperti disebut di dalam pernyataan Edwin Kawilarang, dari Bimantara, yang terjadi adalah proses kerjasama teknis antara Bimantara dengan pendiri Global Investasi Bermutu. Itu yang terjadi sebetulnya.

Bagaimana bisa berubah dari TV pendidikan ke TV komersil?

Awalnya TV itu didirikan organisasi IIFTIHAR yang mempunyai visi peningkatan SDM, pendidikan, teknologi dan riset. Kita dulu merasa suara-suara yang mewakili Indonesia ke luar sedikit sekali. Tapi pengaruh dari luar seperti CNN dan BBC sangat kuat. Makanya kita buat TV nasional yang news dan bermutu. Makanya TV itu disebut Global TV yang PT-nya disebut Global Informasi Bermutu.

Lalu perubahan terjadi, karena masa itu adalah transisi. Rupiah anjlok, dolar AS menjadi Rp 18.000. Kita punya modal, tapi kan dibayarnya dalam bentuk dolar. Untuk beli pemancar, pengedit dan kamera. Jadi itung-itungan kita meleset. Lalu juga kemudian sewa TV diancam untuk bisa on air pada waktunya.

Lalu ada TV juga yang meminjam uang kepada Bank Mandiri. Jadi saat itu semua orang panik. Maka kami memutuskan, karena Bimantara menawarkan untuk bantuan teknis melalui Rosano Barack, seorang komisaris dan pemilik saham besar di Bimantara. Dia yang mengontak kami. Dia ngomong dengan kita bahwa dia mempunyai cita-cita yang sama dan sudah berpengalaman, karena mengelola RCTI. Lalu kami akhirnya menjalin kerjasama, di mana kedua pihak sepakat menjaga visi dan misi kita.

Lalu bagaimana sampai bisa berubah visi misinya?

Perubahan itu juga terjadi karena ada perubahan di Bimantara. Awalnya Dirut Bimantara adalah Pak Yosef Darmasubrata, lalu diganti dengan masuknya Harry Tanoe sebagai pemilik saham baru dan Dirut Bimantara.

Jadi ada perubahan karena memang lingkungannya berubah. Karena tidak sesuai dengan cita-cita kami, akhirnya kita ini mundur. Yang terakhir itu Pak Zuhal sebagai komisaris utama. Namun tahun 2004 dia mundur juga karena tidak sesuai dengan cita-cita.

Lalu kenapa tidak menempuh jalur hukum?

Saya rasa itu sebaiknya dibicarakan dengan IIFTIHAR karena IIFTIHAR pemilik modal terbesar, tapi tidak tertutup kemungkinan itu. IIFTIHAR mungkin saja sedang memikirkan hal itu.

Lalu apakah Anda menjual saham juga?

Saham-saham kita semuanya di-pool di IIFTIHAR di bawah Pak Zuhal sebagai pimpinannya. Dana dan saham itu dipakai untuk membangun Universitas Al Azhar. Karena cita-cita kita memang ingin mendirikan organisasi yang islami.

Waktu itu nilai saham yang dijual nominalnya berapa?

Saya sudah lupa, Pak Zuhal yang menduduki komisaris waktu itu. Dia yang ikut perundingan-perundingan dengan Bimantara.

Lalu mengenai adanya unsur katebelece dalam izin siaran?

Saya lihat tidak ada unsur katebelece. Tapi kita kan ramai, ada staf yang mengerjakannya.

Bagaimana tanggapan Anda soal tayangan Global TV yang dinilai sejumlah kalangan bermasalah?

Saya rasa setiap bisnis itu seperti Star Page ke TV7, ANTV ke Murdoch, masing-masing punya dinamikanya sendiri. Begitu juga dengan Lativi dengan Bank Mandiri.

Anda setuju kalau izin siaran Global TV dikaji ulang?

Saya kan minoritas pemegang saham. Yang mayoritas yang menjalankan, tapi seharusnya yang mayoritas itu menaati apa yang disepakati.
( umi )

Tidak ada komentar: